Minggu, 31 Januari 2016

makalah sad ripu



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
          Sad Ripu atau enam musuh manusia. Sikap Sad Ripu ini banyak terdapat pada sifat setiap manusia. Setiap manusia memiliki sifat dan watak yang berbeda - beda oleh sebab itu dari setiap sifat dan watak tersebut manusia memiliki sifat Sad Ripu yang melekat pada diri mereka sendiri. Sad Ripu merupakan musuh yang sudah ada sejak manusia dilahirkan turun kedunia ini. Berbagai macam sifat yang mereka miliki memiliki arti yang berbeda-beda.
          Sad Ripu berasal dari kata sad yang berarti enam dan ripu yang berarti musuh. Jadi Sad Ripu berarti enam musuh. Musuh yang dimaksud adalah musuh yang berasal atau bersumber dari dalam diri sendiri. Sesungguhnya Sad Ripu tersebut bibitnya telah terbawa bersamaan dengan karma wesana sejak kelahiran. Demikian juga dengan Sad Ripu akan selalu muncul akibat perpaduan dari Tri Guna, terutama antara sifat rajas dan tamas, Hal ini pun akibat dari rangsangan benda - benda dan pengaruh lingkungan pengendaliannya. Perpaduan rajas dan tamas sebagai rangsangan munculnya Sad Ripu yang tak bisa diredam dengan satwam dan dharma akan meghasilkan asubha karma(perbuatan buruk), namun sebaliknya apabila diatasi dengan Satwam dan Dharma, yang muncul adalah subha karma(perbuatan baik). Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengangkat judul “ Sad Ripu sebagai Aspek Diri yang Harus Dikendalikan”
          Sebagaimana dijelaskan dalam petikan kekawinan Ramayana, bahwa “semuanya bersumber dari diri kita sendiri, kuncinya tergantung dari kemampuan, pengetahuan, dan pikiran untuk mengatasi dan mengarahkannya”. Dalam makalah ini panyusun berharap dapat mengulas semua yang menjadi pertanyaan – pertnyaan dasar atas semua hal yang berhubungan dengan Sad Ripu.
          Sebelum membahas tentang Sad Ripu,  ada baiknya jika terlebih dahulu membaca Petikan Sloka dibawah ini untuk membuka pandangan dan pemikiran kita.
Bhagavad-gītāIII.43
"Evam buddhem param buddhva,
samstabhya ‘tmanam atmanah,
jahi satrum mahabaho,
kamarupam durasadam”
Terjemahan:
Mengetahui Dia lebih agung dari intelek dengan mengendalikan jiwamu dengan jiwa, basmilah musuhmu dalam bentuk hawa nafsu, yang tidak mudah ditundukkan, Oh Mahabhahu

1.1  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada, yaitu:
1.1.1                  Apakah yang dimaksud dengan Sad Ripu?
1.1.2                  Apa sajakah contoh perilaku Sad Ripu di lingkungan masyarakat?
1.1.3                  Apakah yang ditimbulkan dari perilaku Sad Ripu?
1.1.4                  Bagaimanaka cara – cara mengendalikan Sad Ripu?

1.2  Tujuan
Adapun  tujuan dari pembuatan  makalah yang berjudul Sad Ripu ini adalah:
1.2.1                  Untuk memmahami pengertian Sad Ripu.
1.2.2                  Untuk mengetahui contoh perilaku Sad Ripu di lingkungan masyarakat.
1.2.3                  Untuk mengetahui dampak Sad Ripu.
1.2.4                  Untuk mengetahui cara – cara mengendalikan Sad Ripu.


1.3  Manfaat
1.3.1   Manfaat Praktis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelajaran darma atau kebaikan khusunya, tentang Sad Ripu, dampak, dan cara mengendalikannya

1.3.2   Manfaat Empiris
Memberi masukan dan pengetahuan kepada masyarakat tentang dampak Sad Ripu dan cara mengendalikan Sad Ripu, khusunya bagi masyarakat yang  kurang memahami.
 

BAB II
PEMBAHASAN/ ISI MATERI

2.1 Pengertian Sad Ripu
          Sad ripu berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata  sad yang berarti enam dan ripu yang berarti musuh.  Jadi secara harfiah, Sad Ripu berarti enam musuh . Musuh yang dimaksud adalah musuh yang berasal atau bersumber dari dalam diri manusia sendiri.  Enam musuh pada setiap orang dapat memengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupannya. Sebagaimana tercantum dalam kekawin Ramayana, Bab I (Wirama Sronca), bait 4 sebagai berikut :
Ragadi musuh mepareng
Rihati ya tongwanya tan madoh riawak
Yeka tan hana ri sira
Prawira wihikan sireng niti”
Artinya :
Keinginan (kama) dan semua jenis musuh yang terdekat yang ada di dalam hati (Pikiran) tempatnya tidak jauh dari badan sendiri. Yang semacam itu tidak ada dalam diri beliau (Dasarata) sifat ksatria yang dimilikinya,serta pintar dalam menjalankan pemerintahan.
          Musuh – musuh yang terdapat dalam diri manusia sangatlah berbahaya jika dipupuk, dan dipelihara. Enam musuh manusia itu adalah sebagai berikut:
1.  Kama
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBz0dBV7HMVYY66eDU9ZyBWKGivkhs2SYh9tSlQc7oq1ZTxBZZt4tLrjKAyC_EJdMm_jU85wJ-XpqSFh5fexRw65Ki4UzUQ8pSi5hqcfh2ID_1XmKOuzVz28Rlbwq2-Q-cRJOTeEzpYgKJ/s1600/download+%2812%29.jpgKama adalah keinginan atau hawa nafsu yang dimiliki oleh manusia. Setiap manusia memiliki keinginan. Keinginan dapat bersifat positif dan negatif. Keinginan yang sifatnya positif dapat menumbuhkan orang-orang yang kreatif, inovatif, dan selalu melakukan perbuatan yang baik. Keinginan yang dimiliki manusia tanpa batas, dapat diibaratkan seperti alam semesta. Keinginan tersebut haruslah dikendalikan ke arah yang positif. Sifat kama dapat menyebabkan orang penuh dosa. Hal ini terdapat dalam pustaka suci Bhagavad-gītā III.37.
kāma esa krodha esa
rajo-guna-samudbhavah
mahāśano mahā-pāpmā
viddhy enam iha vairinam
Terjemahan:
Itu adalah nafsu, amarah yang lahir dari rājaguna;
sangat merusak, penuh dosa ketahuilah bahwa keduanya ini adalah musuh yang ada di bumi.
Nafsu manusia dapat menyebabkan hilang akal sehatnya dalam menentukan pilihan. Hilangnya akal sehat menyebabkan manusia melakukan kesalahan-kesalahan yang dapat menimbulkan dosa.
          Kama sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan, kama dapat mempengaruhi pikiran. Rangsangan yang kuat akan menarik kama dan mempengaruhi pikiran. Bila tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan untuk mengatasinya, maka sifat-sifat buruk lah yang akan muncul yang berakibat buruk pula terhadap diri sendiri. Nafsu manusi dapat menyebabkan hilang akal sehatnya dalam menentukan pilihan. Hilanngnya akal sehat menyebabkan manusia melakuakn kesalahan – kesalahan yang dapat menimbulkan dosa. Kama yang tidak terkendali ini akan muncul sebagai musuh. Namun sebaliknya, kama akan berfungsi sebagai sahabat apabila dapat dikendalikan atau disalurkan kepada hal-hal yang bersifat dharma/kebenaran.
2.  Lobha
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSRPqhrQkRJPqx1rUOs-I3R3NusZ2ywVKt9w1gUavlbB8Y38dyhnRWg27HaXUPsQO9V20iTmSsSWLcSdlaBnfoV7BHXV6z6Jo3nLxDsTcmkwqCZYPDXekaUeWBskvsct6LBqiQEw-CF1_6/s1600/download+%2810%29.jpg          Lobha berasal dari kata lubh yang berarti tamak, rakus. Rakus merupakan sifat senang yang berlebihan dan tidak terkendali, sifat yang selalu ingin dipuaskan, sifat yang ingin mementingkan diri sendiri. Sifat-sifat seperti ini dimiliki oleh setiap orang, apabila kemunculan sifat ini tidak dikendalikan dengan pengetahuan dharma, tidak memiliki rasa welas asih, tatwam asi, dan satya, maka lobha seperti ini akan menjadi musuh. Ia akan mendatangkan rasa benci, rasa cemburu, rasa dendam, sehingga menimbulkan rasa gelisah, kurang aman, dan was-was. Biasanya lobha akan tumbuh dengan kuat akibat kama yang selalu terpenuhi. Sifat lobha yang tergolong negatif akan menyebabkan seseorang terdorong untuk melakukan kejahatan karena merasa tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Orang yang memiliki sifat lobha yang negatif dapat menumbuhkan rasa gusar, resah, gelisah, dan tidak senang.
Sifat lobha tertuang dalam pustaka suci Śarasamuccaya sloka 267, sebagai berikut:
jatasya hi kule mukhye paravittesu grhdyatah lobhasça
prajñāmāhanti prajñā hanti hatā çriyam.
Terjemahan:
Biar pun orang berketurunan mulia, jika berkeinginan merampas kepunyaan orang lain, hilanglah kearifannya karena kelobhaanya; apabila telah hilang kearifannya itu, itulah yang menghilangkan kemuliaannya dan seluruh kemegahannya.
3. Krodha
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo07c8js3v2ycPIcebYUv2Ayd0AuO2y0UzDPASBh_H8ww_rlUmWmI4gRdr6QGko_bQOWMvPpUWmZr7YWvOzX_SfdrsLHXvZ1eZnkDpSu53K6O_aL6HPjiJlKRjCBScUYjz0dbe9xxWkST4/s1600/download+%287%29.jpg          Krodha artinya marah. Orang yang dipengaruhi kemarahan dapat menjadi sumber dari penderitaan orang  dan kesengsaraan. Krodha muncul diawali oleh ketidakpuasan, rasa kecewa, rasa dendam, dan rasa terhina. Krodha sangat mempengaruhi konsentrasi, rasa kesadaran, dan merusak keseimbangan serta kesucian bathin. Krodha yang tidak terkendali dapat memacu denyut jantung, merusak kerja syaraf sehingga sulitr berpikir tenang dan rasional, membuat syaraf tegang. Apabila terus-menerus seperti itu, syaraf-syaraf akan putus yang mengakibatkan stroke hingga kematian. Krodha juga dapat muncul akibat minuman keras. Krodha muncul bukan karena rangsangan dari luar, seperti kecewa, dendam dan sebagainya. Tetapi kemunculannya akibat pengaruh yang dibuat dari dalam. Miras sangat mengganggu fungsi kerja syaraf, miras sangat merusak kecerdasan, ketenangan dan konsentrasi. Sifat marah tertuang dalam pustaka suci Śarasamuccaya sloka 96, sebagai berikut:
na catravah ksayam yānti yāvajjīvamapi ghnatah,
krodham niyantum yo veda tasya dvestā na vidyate.
Terjemahan:
Sebenarnya, meskipun orang itu selalu jaya terhadap seterunya, serta tak terbilang jumlah musuh yang dibunuhnya, asal yang dibencinya musnah, selama hidupnya pun, jika ia hanya menuruti kemarahan hatinya belaka, tentu saja tidak akan habis-habis musuhnya itu. Akan tetapi, orang yang benar-benar tidak mempunyai musuh adalah orang yang berhasil mengekang kemarahan hatinya.
4. Moha
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCGTZqC_0R04NJOnYKvlSGoJmYmTStWLdrVcnh77QXz28JTVIj466p4jD1xMGH6McFNBM82qBtXTB_gza8ynrSo6ToK3RdF8q-4H-GodRTnJItBK7aPaGLx0qgUGkOp5NBQp8XMb-5B9fc/s1600/download+%289%29.jpg          Moha adalah sifat bingung yang dapat menyebabkan pikiran menjadi gelap. Hal ini akan menyebabkan orang tersebut tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Pustaka suci Bhagavad-gītā XVIII.25 menjelaskan bahwa:
anubhandham kshayam himsām
anapekshya ca paurusam
mohād ārabhyate karma
yat tat tāmasam ucyate.
Terjemahan:
Kegiatan kerja yang dilakukan karena kebingungan tanpa menghiraukan akibatnya, menyakiti hati dan tak peduli akan kemampuan, yang demikian itu disebut tamasa.
          Berdasarkan bunyi sloka di atas jelaslah bahwa orang yang bekerja dalam kondisi bingung tidak mampu bekerja dengan baik dan efektif. Kebingungan dapat menyebabkan manusia kehilangan arah. Terdapat beberapa sebab timbulnya kebingungan antara lain:
a. kesusahan yang amat dalam.
b. kehilangan terhadap sesuatu yang sangat dicintai
c. masalah yang tidak mampu dipecahkan

5. Mada
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0pFC-wNUdoLTctU1f4gZ3oYOXo4O2AbSHGZKHpT10sr0uUZd9S8LFSb8SGeNFPN3FRj9J4mPvdgvXsGT1kuzLRknJ1oHMETZyHoFHnA1sPs4pcxIfnUVzAd1SEhaBLPkMiY4GSNKZJPGH/s1600/download+%288%29.jpgMada adalah mabuk. Orang mabuk pikirannya tidak berfungsi secara baik. Akibatnya, timbullah sifat–sifat angkuh, sombong, takabur dan mengucapkan kata–kata yang menyakitkan hati orang lain. Contoh mada ialah mabuk kekayaan, mabuk karena ketampanan. Mabuk juga dapat ditimbulkan karena minum-minuman keras. Minum-minuman keras yang berlebihan akan menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran sehingga menimbulkan perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Dalam pustaka suci Śarasamuccaya sloka 325, dijelaskan bahwa:
samklistakarmānamatipramādam bhūyo’nrtam cadr
dabhaktikam ca, vicistaragam bahumāyinam ca naitān niseveta
narādhamān sat.
Terjemahan:
Inilah misalnya orang yang tidak patut dijadikan kawan bergaul, orang yang mengusahakan penyakit dan kesedihan kepada orang lain, serta buruk laku, orang yang lupa, orang berbohong atau dusta, orang yang terikat hatinya kepada minuman keras, keenam orang yang sangat keji itulah, yang patut dihindarkan.
Kemabukan dalam pandangan agama Hindu banyak jenisnya, Adapun kemabukan dalam diri ada tujuh jenisnya, yang lebih dikenal dengan sebutan Sapta Timira, yakni sebagai berikut.
a. Surupa artinya mabuk karena kecantikan atau ketampanan
b. Dana artinya mabuk karena kekayaan atau harta benda
c. Kulina artinya mabuk karena keturunan atau kebangsawanan
d. Yowana artinya mabuk karena keremajaan
e. Sura artinya mabuk karena minuman keras
f. Guna artinya mabuk karena kepandaian
g. Kasuran artinya mabuk karena keberanian
6. Matsarya
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk4q2ZNVN3U5VHWlnpjwyDSXTQx09rq5-a6fbqGfv4F_D4o_cS6LI5Rdf4-LMF2iBZ-SOsw5fq556aa7HyDVd66CarREL1aC-ZLyvoRbBAp-MN251FUe6KQ52PQsiPD_nDYGKdZQ0iYv6F/s1600/download+%2811%29.jpgMatsarya artinya sifat iri hati dan dengki. Iri hati, cemburu, seringkali muncul akibat dari kekecewaan, ketidakpuasan, ketidakadilan, dan kegagalan dalam menghadapi suatu peristiwa. Di satu pihak ada yang berhasil dengan mudah, sedangkan di pihak lain mengalami kegagalan dan hambatan. Sehingga pihak yang gagal merasa kecewa. Kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakadilan akan menimbulkan perasaan iri hati. Iri hati merupakan akumulasi dari krodha, bila berkelanjutan akan menimbulkan rasa dendam, benci, dan permusuhan. Matsarya dapat diredam dengan kesabaran dan kepasrahan. Bahwa hidup ini adalah cobaan, takdir, dan karma wasana.
Dalam pustaka suci Śarasamuccaya sloka 88, dijelaskan bahwa:
abhīdhyāluh parasvesu
neha nāmutra nandati,
tasmādabhidhyā santyājyā sarvadābhīpsatā sukham.
Terjemahan:
Adalah orang yang tabiatnya menginginkan atau menghendaki milik orang lain, menaruh iri hati akan kebahagian orang lain; orang yang demikian tabiatnya, sekali-kali tidak akan mendapat kebahagiaan di dunia ini, ataupun di dunia yang lain; oleh karena itu patut ditinggalkan tabiat itu oleh orang yang ingin mengalami kebahagiaan abadi.
2.2 Contoh Perilaku Sad Ripu
Perilaku Sad Ripu dalam diri jika dipupuk denngan sifat negatif akan menjadi musuh, sedangkan jika dipupuk dengan sifat positif, akan menjadi perilaku baik.
1. Contoh Kama
a.       Positif
Berkeinginan membantu orang yang tidak mampu, berkeinginan berbagi dengan orang lain, berkeinginan mengajari adik hal – hal positif, dan berkeinginan menjalin persaudaraan dengan orang lain.
b.      Negatif
Berkeinginan memiliki barang orang lain, menginginkan sesuatu di luar kemampuan sendiri, berkeinginan menyakiti teman, berkeinginan merusak barang milik orang lain, dan berkeinginan menyakiti binatang dan tumbuhan.
2. Contoh Lobha
a.       Positif
Bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan yang banyak dengan jalan yang benar, rajin belajar guna mendapatkan ilmu pengetahuan, dan rajin  memberikan sumbangan pada orang lain  yang  membutuhkan.
b.      Negatif
Mengambil hak orang lain,  mengambil bagian dari milik saudara, makan makanan yang  berlebihan, dan melakukan pemerasan terhadap orang lain.
3. Contoh Krodha
a.       Positif
Marah kepada bawahan yang salah, marah kepada peserta didik yang tidak sopan, marah kepada orang yang berperilaku negatif di sekitar kita, dan marah kepada keluarga yang salah dalam berperilaku.
b.      Negatif
Suka menghina orang tanpa alasan, suka mengeluarkan kata – kata yang tidak pantas pada orang lain, suka menantang orang untuk berkelahi, suka mencemooh, suka berbicara kasar pada orang lain, dan suka mengejek orang lain.
4. Contoh  Mada
a.       Positif
Minum minuman yang secukupnya untuk kesehatan, mabuk akan ilmu pengetahuan, dan mabuk akan ajaran agama.
b.      Negatif
Suka minum minuman  keras, suka berjudi, suka menganggap diri ganteng, suka tergila – gila pada uang, dan suka menyombongkan kepintaran.
5. Contoh Moha
a.       Positif
Bingung dalam memecahkan masalah yang dihadapi sesuai ajaran agama, bingung  dalam meningkatkan bhakti kepada Sang Hyang Widhi Wasa, dan bingung mencari solusi untuk meningkatkan semangat belajar.
b.      Negatif
Suka berdiam diri, suka berbicara sendiri karena kehilangan orang disayanginya, suka mengambil  keputusan yang keliru, suka tidak percaya diri, suka melihat sekeliling  dengan tatapan  kosong.
6. Contoh  Matsarya
a.        Positif
Iri terhadap nilai teman  yang bagus, kemudian memacu untuk rajin  belajar; iri terhadap teman  yang rajin; iri terhadap kesuksesan teman.
b.      Negatif
Suka membicarakan orang lain, sering mencibir orang, suka memfitnah orang lain, merasa tersaingi jika tetangga memiliki sesuatu yang baru, merasa malu jika dikalahkan  oleh orang lain, dan membicarakan orang lain lebih jelek dari dirinya.

2.3 Dampak Perilaku Sad Ripu
          Musuh yang terdapat dalam diri dapat membawa dampak yang tidak baik dalam kehidupan. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang – orang disekitarnya. Jika musuh yang terdapat dalam diri tidak mampu dikendalikan, hal itu dapat menimbulkan dampak sebagai berikut:

1.         Dampak perilaku kama yang tidak terkendali antara lain: banyak memiliki hutang sehingga hidup tidak tenang; banyak memiliki musuh, mendapatkan penyakit yang diakibatkan oleh peilaku buruk, tidak disukai oleh tetangga, keluarga tidak harmonis, dihukum penjara karena melakukan tindak kriminal.

2.         Dampak perilaku lobha yang tidak terkendali antara lain: banyak orang yang tidak suka akan perilaku kita, dapat menyebabkan kemiskinan bagi orang lain, selalu menjadi buah bibir bagi tetangga, sering dianggap sebagai perampok, memiliki sedikit teman sehingga pergaulannya makin sempit, banyak orang yang curiga akan diri kita.

3.         Dampak perilaku krodha yang tidak terkendali antara lain: wajah kelihatan lebih cepat tua, sering terlibat dalam pertengkaran, mengidap penyakit jantung, berusia pendek, memiliki penyakit darah tinggi.

4.         Dampak perilaku mada yang tidak terkendali antara lain: pikiran kacau atau kurang waras, kata – kata tidak terkontrol, tidak mampu memegang rahasia, menjadi buronan polisi.

5.         Dampak perilaku moha yang tidak terkendali antara lain: memiliki pendirian yang tidak teguh dan mudah goyah, tidak mampu berpikir dengan jernih, tidak mampu hidup mandiri atau selalu bergantung pada orang lain, tidak memiliki kepercayaan diri.

6.         Dampak perilaku matsarya yang tidak terkendali antara lain: sulit mendapatkan kemajuan, tidak mampu bersaing, rasa kecewa yang mendalam

2.4 Cara Untuk Mengendalikan Sad Ripu
          Sad Ripu dapat berakibat buruk, berbahaya bagi keselamatan, ketenangan, ketentraman, kesehatan, kebahagiaan, dan kecerdasan. Umat Hindu memiliki cara tersendiri untuk mengatasi Sad Ripu, antara lain :
1.         Upacara Agama Manusa Yadnya, terutama potong gigi, sebagai simbol untuk mengingat bahwa musuh itu bersumber dari diri sendiri dan harus diatasi dan dilemahkan agar tidak menguasai diri sendiri.
2.         Memperdalam dan mengamalkan ajaran kesusilaan, terutama Tri Kaya Parisudha, Panca Yama dan Panca Nyama Brata, Catur Praweti, Catur Paramita, serta ajaran Karma Phala.
3.         Melalui cerita-cerita, seperti cerita sudamala, bhatara, kala, dyah tantri, Sutasoma.

















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
          Dari uaraian – uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut:
3.1.1        Sad Ripu berarti enam musuh . Musuh yang dimaksud adalah musuh yang berasal atau bersumber dari dalam diri manusia sendiri. Bagian – bagian dari Sad Ripu, yaitu: Kama,Lobha, Krodha, Moha, Mada, dan Matsarya.
3.1.2        Perilaku Sad Ripu dalam diri jika dipupuk dengan sifat negatif akan menjadi musuh, sedangkan jika dipupuk dengan sifat positif akan menjadi perilaku baik.
3.1.3        Musuh yang terdapat dalam diri dapat membawa dampak yang tidak baik dalam kehidupan. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang – orang disekitarnya. Jika musuh yang terdapat dalam diri tidak mampu dikendalikan, hal itu dapat menimbulkan dampak yang  negatif, salah satunya adalah menndapat hukuman penjara karena melakukan tindakan kriminal.
3.1.4        Sad Ripu dapat berakibat buruk, berbahaya bagi keselamatan, ketenangan, ketentraman, kesehatan, kebahagiaan, dan kecerdasan. Umat Hindu memiliki cara tersendiri untuk mengatasi Sad Ripu, diantaranya melakukan upacara Manusa Yadnya, yaitu potong gigi ( Mepandes )

3.2  Saran – Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
3.2.1        Kepada para pelajar diharapakan agar lebih memahami tentang Sad Ripu agar dapat membertahukan kepada masyarakat luas dengan benar ( mampu memberikan Dharma Wacana )
3.2.2        Kepada masyarakat khusunya umat beragama Hindu diharapkan agar berusaha untuk mengendalikan sifat – sifat Sad Ripu ini sesuai dengan ajaran agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar